Blog Archives

OUTBOUND

      A.   Sekilas tentang Outbond

Outbound dijadikan pilihan bagi pelatihan karena menggunakan metode simulasi yang mengasimilasi kehidupan sehari-hari yang kompleks menjadi sederhana dalam suasana gembiran. Selain itu, kegiatan ini menggunakan pola belajar melalui pengalaman (experiential learning) langsung terhadap sebuah fenomena sehingga esensi pengalaman tersebut dapat ditangkap dengan mudah. Setelah outbound diharapkan terjadi perubahan, baik secara internal maupun eksternal dalam diri setiap peserta.

Pada dasarnya, outbound dimaknai sebagai pembebasan  atas potensi dasar, pola pikir, dan budaya keterbatasan. Dengan demikian, seseorang dapat melepas semua hal itu dengan cara mengenali potensi besar yang selama ini terpendam, mengubah pola piker yang membuat dirinya kaku, serta melepas diri dari budaya segesti yang mengungkung potensi diri. Dengan setting lingkungan fisik dan social yang unik dan berbeda dengan keseharian para peserta dimotivasi untuk terus berinisiatif menghadapi petualangan yang diberikan.

Selain menigkatkan kepercayaan diri, peserta juga dapat memanfaatkan outbound sebagai sarana mengasah jiwa kepemimpinan dan melatih diri dalam mengambil keputusan. Permainan yang disajikan dalam outbound mengandung berbagai makna terselubung untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan asset berharga untuk dikembangkan. Permainan dalam outbound mengajak kita untuk memahami karakter orang, dilatih untuk bisa beradaptasi dengan siapapun dan dalam kondisi apapun. Peserta juga dilatih untuk bisa menghargai, mengaktualisasi diri, dan yang terpenting adalah menanamkan semangat tim pada diri pribadi.

Melalui semangat dan jiwa yang telah tertanam tersebut, kita tituntut tidak goyah dalam menghadapi tantangan pekerjaan yang tidak pasti. Selain itu, setelah peserta mengikuti outbound, diharapkan suasana keakraban dan rasa kekeluargaan dan pengaktualisasian diri dapat dilakukan dengan baik.

Mayoritas kegiatan outbound dilakukan di ruang terbuka karena metode yang digunakan adalah experiential learning, yaitu belajar dari pengalaman. Metode tersebut akan lebih efektif jika peserta melakukan praktik secara langsung. Dengan begitu, daya ingat akan lebih panjang dibandingkan dengan jika peserta sekadar belajar teori, sehingga kemampuan problem solving-nya pun akan terasah. Suasana santai juga memungkinkan terciptanya ide-ide segar.

Permainan yang disajikan dalam outbound hendaknya dapat disusun sedemikian rupa sehingga bukan hanya psikomotorik (fisik) peserta yang “tersentuh”, melainkan juga afeksi (emosi) dan kognisi (kemampuan berpikir) terasah dengan baik. Karena itu biasanya, penyedia jasa outbound memakai bantuan psikolog saat menysusun program dan kurikulumnya.

B.   Hal-Hal Penting dalam Penyelenggaraan Outbound

Pemilihan permainan dan latihan yang tepat bagi kelompok fasilittor outbound perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1.    Pemilihan permainan atau latihan yang tepat bagi kelompok

Tujuan

Tujuan utama kegiatan pelatihan outbound adalah melatih para peserta untuk mampu menyesuaikan diri (adaptasi) dengan perubahan yang ada dengan membentuk sikap professionalisme para peserta yang didasarkan pada perubahan dan perkembangan traits (sifat mendasar) dari individu yang meliputi aspek trus, belief, dan komitmen serta kinerja yang diharapkan akan semakin lebih baik. Nilai plus jika management outbound memiliki profesionalitas tinggi.

Jumlah peserta

Jumlah peserta harus disesuaikan dengan jenis permainan, dan tingkat kesulitan permainan. Tidak ada jumlah yang diidealkan dalam kegiatan outbound. Peserta yang jumlahnya banyak tidak kalah serunya dengan jumlah peserta yang sedikit, begitu sebaliknya.

Umur para peserta

Umur peserta peserta sebaiknya dikelompokkan sesuai dengan perkembangan kejiwaan peserta dan jenis permainannya. Peserta dengan kategori anak-anak sebaiknya dipilihkan jenis permainan anak-anak agar terdapat unsur bermain dan suasananya menyenangkan.

Bahan

Bahan permainan dalam kegiatan outbound haruslah memiliki unsur kreatifitas yang tinggi dan inovatif, sehingga peserta merasa tertantang melakukan outbound. Tidak perlu bahan yang memiliki harga mahal, namun cukup menggunakan bahan yang banyak tersedia di sekitar kita. Yang terpenting peserta merasa menikmati menggunakan alat-alat atau bahan yang disediakan.

Tempat

Ada pepatah mengatakan bahwa “the right game, in the right place”. Pepatah ini mengindikasikan bahwa outbound akan dapat berjalan dengan baik manakala tempat yang digunakan memiliki unsur kenyamanan dan aman dari gangguan luar. Semakin nyaman tempat permainan/kegiatan akan semakin menyenangkanlah outbound yang dilakukan.

Waktu

Sebaiknya sediakan cadangan waktu untuk setiap permainan karena kadang-kadang ada hal tak terduga yang membutuhkan waktu lebih banyak. waktu yang baik untuk kegiatan outbound adalah waktu pada pagi hari, karena udara pada pagi hari sangat baik untuk kegiatan yang memerlukan aktivitas gerak tubuh tinggi. Metabolisme tubuh pada pagi hari masih stabil atau seimbang, sehingga baik untuk kesehatan.

Situasi kelompok

Apabila kelompok mengalami gangguan dalam kerja sama, pilihlah permainan yang bertujuan memperbaiki kerja sama. Kalau ada ketegangan dan suatu suasana bermusuhan, pilihlah salah satu permainan yang dapat mengurangi hal-hal itu. Kalau ada peserta-peserta yang tampak cemas, pilihlah permainan yang akan memberanikan mereka. Selain pengalaman kesukaan dan kediksukaan anggota-anggota kelompok juga harus diperhatikan.

Pengalaman fasilitator/instruktur

Pengalaman fasilitas/instruktur sama pentingnya. Apabila Anda merasa belum siap utntuk memimpin suatu latihan, sebaiknya jangan lakukan itu terlebih dahulu. Pilihlah saja latihan lain yang sesuai dengan pengalaman Anda. Lakukan permainan-permainan yang mengandung kreativitas tinggi. Selain itu fasilitator/instruktur harus memutuskan sendiri cara menghdapi kelompok. Anda dapat menggunakan kata “Saudara”, “Anda”, atau “Kalian”. Panggilan yang Anda pilih tentunya lebih bersifat situasional dengan peserta.

2.   Pengaturan ruang latihan

Semua anggota kelompok (termasuk fasilitator/instruktur) duduk melingkar, di kursi atau di lantai. Benda-benda yang dapat menghalangi komunikasi hendaknya disingkirkan atau dijauhkan. Disarankan pengaturan ruangan dilakukan dengan duduk melingkar agar semua anggota kelompok dapat saling memandang. Cara duduk seperti itu juga menguatkan bahwa semua peserta mempunyai hak yang sama, tidak ada yang lebih istimewa daripada yang lain.

Posisi duduk di “lingkaran besar” diterapkan untuk semua aktivitas. Untuk latihan-latihan di kelompok kecil, cara duduk bebas atau mengikuti keterangan di latihan tertentu.

3.   Fasilitator/Instruktur

Semua orang bisa untuk menjadi fasilitator yang hebat, tidak terbatas pada usia maupun tingkat pendidikan. Asalkan ada kemauan dan motivasi untuk menjadi seorang fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik, kita hanya perlu ingat “Penampilan IM3”. “Penampilan IM3” yang dimaksud adalah Ice breaking, Materi, Metode, dan Media).

Terdapat beberapa persyaratan menjadi fasilitator/instruktur outbound sebagai berikut.

a.   Memiliki keterampilan komunikasi yang baik

b.   Memiliki rasa percaya diri

c.   Memiliki kemampuan mengekspresikan diri dihadapan orang lain

d.   Memiliki keterampilan interpersonal yang baik

e.   Berwawasan yang luas

f.   Memiliki sikap yang tidak memaksakan kehendak

g.   Tanggap/peka terhadap kondisi peserta

h.   Mampu bersikap netral, tidak memihak

i.   Mengetahui prinsip Dinamika Kelompok (forming, storming, norming, performing)

j.   Bersedia menerima masukan dari orang lain

k.   Mampu memahami kekuatan dan kelemahan peserta

l.   Mampu memahami semua proses yang terjadi pada training outbound

m.   Mampu mengatasi konflik yang terjadi antar individu/kelompok

n.   Mampu bersikap tegas

Fasilitator/instruktur dalam memandu kegiatan outbound tentu akan menghadapi hambatan-hambatan dalam dirinya, yaitu :

1)   Tidak menjiwai

2)   Tidak menguasai materi

3)   Kurang menampilkan antusiasme

4)   Kurang memahami partisipasi peserta

5)   Kurang menguasai situasi

6)   Kurang menguasai keterampilan teknis sebagai fasilitator/instruktur outbound

Dengan demikian, tugas utama fasilitator adalah melancarkan proses pembelajaran (learning process) dengan cara membantu individu dalam kelompok  berpartisipasi secara aktif. Adapun peran dan fungsi fasilitator/instruktur outbound adalah sebagai berikut.

  1. Membantu jalannya kegiatan dalam kelompok
  2. Membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi kelompok
  3. Membantu mengarahkan pembicaraan ke arah topik atau tujuan yang telah ditetapkan
  4. Menjadi mediator antar individu dengan individu/kelompok
  5. Menjadi penengah dan pengendali bila terjadi adu argumentasi atau pertikaian
  6. Membantu menyimpulkan hasil diskusi/kesepakatan yang telah tercapai
  7. Menciptakan suasana yang membuat individu aktif berpartisipasi
  8. Memberikan dorongan kepada peserta untuk aktif berpartisipasi
  9. Menjawab pertanyaan
  10. Mengatasi peserta pelatihan yang bermaksud mengacaukan sesi pelatihan/permainan
  11. Memberikan topik dan materi baru

Fasilitator memegang peranan penting dalam penyelenggaraan outbound seperti dijelaskan barikut ini.

  • Tahap permulaan

Fasilitator mengusulkan suatu permmainan/pelatihan, kemudian menerangkan cara bermain, serta peraturan-peraturan bermain. Ia harus memastikan bahwa semua peserta sudah memahami permainan yang akan dilakukan.

Sebaiknya, fasilitator menghafalkan terlebih dahulu penjelasan-penjelasan yang akan disampaikan. Apabila fasilitator hanya membaca teks aturan permainan, kontak dengan para peserta akan terasa kaku. Selain itu, akan terkesan kalau si fasilitator sendiri tidak paham akan permainannya. Bisa-bisa, para pserta tidak bersemangat dalam bermain.

  • Tahap bermain

Fasilitator tidak aktif berperan. Hasil dari permainan/pelatihan yang sedang dijalankan berupa tanggung jawab kelompok dan masing-masing anggota. Merekalah yang menentukan proses bermain. Kalau fasilitator mengamati prosesnya supaya dapat dibahas dengan kelompok setelah selesai bermain. Kalau fasilitator juga ikut dalam permainan, ia harus tetap berperan sebagai “salah satu anggota kelompok”. Hal ini akan mengurangi jarak/perbedaan di antara fasilitator dan kelompoknya.

  • Tahap evaluasi dan refleksi

Tahap ini sangat penting dan tidak boleh dilewatkan. Fasilitator mendorong para peserta untuk memikirkan pengalaman-pengalaman mereka yang baru dan memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang tepat, ia dapat mendorong proses ini. Akhirnya, fasilitator dapat menyimpulkan pikiran dan perasaan para peserta dengan sekaligus menunjukkan hasil atau dasar yan penting dari permainan yang telah dilakukan.

  • Do’s and Don’ts menjadi fasilitator

Do’s

  1. Mempunyai rasa humor yang tinggi.
  2. Menggunakan bahasa yang sudah dimengerti, jangan memaknai kata-kata yang sulit dan istilah-istilah yang tidak dipahami.
  3. Menghadap para peserta dengan cara yang luwes dan tidak kaku agar suasana dapat menjadi hangat dan akrab..
  4. Menciptakan suasana yang membuat para peserta merasa aman sehingga rasa takut dan tegang dalam diri para peserta. Hal itu normal karena mereka baru memasuki lingkungan yang baru dan akan mencoba sesuatu yang belum diketahui. Namun, rasa takut yang membingungkan para peserta dan menghambat mereka belajar.  Proses menciptakan suasana yang santai, tetapi serius dapat dibantu dengan permainan-permainan pendek yang sifatnya mengaktifkan dan menggairahkan para peserta.
  5. Memberikan waktu secukupnya kepada seorang sukarelawan untuk menjawab pertanyaan. Kalau tidak ada langsung bersedia menjadi, tunggulah beberapa saat.
  6. Mengungkapkan perasaan sendiri
  7. Mampu mengungkapkan perasaan bisa menjadi contoh yang baik bagi peserta-peserta dan mendorong mereka untuk mengungkapkan perasaannya juga.
  8. Memperhatikan apa yang dirasakan dalam tubuhnya sendiri. Maksudnya, bukan mengenai penampilan yang terlihat cantik atau ganteng, melainkan lebih kearah, “apakah saya merasa tegang, gugup, letih, bosan atau santai ?”. Hal itu merupakan pegangan untuk mengetahui situasi dalam kelompok (artinya, kalau fasilitator merasakan suatu ketegangan dalam dirinya sendiri, biasanya ada ketegangan juga di dalam kelompoknya).
  9. Meperhatikan pesan-pesan noverbal para peserta diungkapkan oleh bahasa tubuh. Biasanya bahasa tubuh lebih jujur daripada pesan-pesan verbal (lisan). Apakah para peserta kelihatan bersikap terbukaatau tertutup, tegang, bosan, atau santai ?.

Don’ts

  1. Jangan menilai pemikiran dan pan memberikan perasaan para peserta. Dalam permainan-permainan ini, tidak ada yang benar dan yang salah. Hasilnya pun tidak dapat ditentukan sebelumnya. Yang dilatih dalam permainan ini adalah belajar untuk mempercayai diri sendiri.
  2. Jangan memakai kalimat-kalimat yang mengarahkan seperti “sebaiknya Anda/Kamu…” atau “Seharusnya, Anda kamu…”. Pakailah kalimat ajakan seperti, “Silakan Anda/Kamu…”
  3. Jangan memaksakan peserta-peserta dalam melakukan tindakan apapun.
  4. Jangan memberikan jawaban atas permainan. Cobalah mendorong mereka untuk menemukan jawaban sendiri, dan jangan memberikan ceramah terhadap suatu hal.

D.    Ice Breaking

Ice breaking merupakan awal dari rangkaian kegiatan outbound sehingga kebekuan antarperserta bisa mencair. Metode yang biasa digunkan dalam ice breaking adalah metode inisiatif. Dalam Ice breaking, para peserta diajarkan untuk membuka diri dan belajar berani memperkenalkan diri di depan orang yang tidak dikenal atau di depan banyak orang. Kemudian, diajarkan pula bagaimana melatih konsentrasi dan kebersamaan untuk memecahkan suatu kasus yang diberikan. Dengan begitu, para peserta akan belajar bersosialisasi dan beradaptasi dengan rekan, baik dalam satu tim ataupun di luar tim. Peserta pun akan belajar menghargai orang lain.

Ice breaking adalah permainan atau kegiatan yang berfungsi untuk mengubah suasana kebekuan dalam kelompok. Memang sebelum suatu acara berlangsung, untuk memecahkan kebekuan di awal acara diperlukan satu atau lebih ice breaking yang dipilih, yang mungkin bersifat spontan atau tanpa persiapan khusus.

Suatu ice breaking yang baik dapat membuat suatu even melejit karena biasanya dilakukan untuk mengawali suatu kegiatan selama satu atau dua menit. Kegiatan ini bisa digunakan baik untuk kelompok kecil maupun kelompok besar, namun keefektifannya akan menurun jika pesertanya di bawah standar.

Maka dari itu, untuk memulai suatu training, pembelajaran, permainan, dinamika kelompok. Ice breaking yang dipilih harus benar-benar relevan dan tepat guna.

Tahap perkenalan ini sangat penting, terutama bagi kelompok-kelompok yang akan bekerja sama untuk beberapa waktu. Dalam suatu kelompok dan para anggota kelompok baru untuk pertama kalinya bertemu dan belum saling mengenal, pikiran mereka biasanya terpusat pada pertanyaan-pertanyaan sehingga proses ini biasanya menyerap tenaga seluruh peserta.

Tujuan dari ice breaking dalam kegiatan outbound adalah sebagai berikut.

  1. Memecah kebekuan yang terjadi di antara peserta. Melalui permainan ini, peserta bisa cepat beradaptasi dengan lokasi, sesame peserta, dan fasilitator sehingga tujuan bisa optimal.
  2. Mengisi waktu luang di saat terjadi kekosongan acara pada saat pergantian sari satu acara ke acara lainnya.
  3. Menambah semangat peserta di saat terjadi kejenuhan selama acara berlangsung.
  4. Membina keakraban yang lebih antara sesame peserta dan peserta-fasilitator.
  5. Menciptakan suasana gembira.

Pelaksanaan ice breaking dapat dilakukan pada beberapa kondisi sebagai berikut.

  1. Di awal acara sebelum permainan pertama.
  2. Di antara satu permainan ke permainan lainnya (disela-sela perpindahan permainan)
  3. Di saat peserta terlihat mulai jenuh, bosan, mengantuk, dan semacamnya.

Setiap kali bertemu dengan orang yang baru kita kenal, kesan pertama kita terhadap orang itu akan banyak dipengaruhi oleh penampilannya, cara ia bisara, tertawa, berpakaian dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan beberapa waktu untuk membuat mereka bisa bekerja sama, bisa kompak dalam memecahkan masalah yang ditugasi oleh instruktur dan sebagainnya. Untuk mengatasi hal ini ada pula diperlukan ice breaking yang bertujuan untuk membuat suasana kompak dan menyatu terjadi.

Ada beberapa catatan yang harus dipahami terkait dengan permainan ice breaking dalam permainan outbound sebagai berikut.

  1.  ice breaking yang dilakukan tidak harus berupa permainan. Fasilitator juga bisa menceritakan kisah-kisah lucu, tetapi perhatikan juga jangan sampai cerita jadi membosankan untuk didengarkan. Perengangan otot juga bisa jadi ice breaking, dimana peserta juga bisa diminta untuk saling pijat dan sebagainya.
  2. ice breaking  tidak perlu dimasukan dalam jadwal acara tetap, namun karena sifatnya fleksibel maka dapat dilakukan kapan saja.
  3. fasilitator harus banyak berimprovisasi dalam melakukan ice breaking agar tidak monoton.

E.   Refleksi

Metode ini sering kali disarankan pada tahap akhir salah satu permainan. Alasannya, refleksi memberikan kesempatan kepada para peserta untuk mengungkapkan perasaannya masing-masing secara singkat. Pengungkapan perasaan dan pendapat juga bisa sangat membantu kalau ada hal-hal yang kurang jelas dalam suatu pertemuan atau diskusi kelompok. Metode ini juga bermanfaat kalau fasilitator menduga bahwa ada beberapa peserta yang merasa kurang puas, kurang senang, atau kurang setuju dengan cara berlangsungnya permainan/keputusan yang diambil.

Refleksi lebih bertujuan menevaluasi nilai-nilai filosofi yang terdapat dalam permainan yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan karena aktivitas outbound memang bertujuan mencari nilai-nilai yang tersirat dalam permainan itu. Oleh karena itu, refleksi merupakan aktivitas terakhir dalam rangkaian aktivitas outbound.

Kebermaknaan akan tampak dalam refleksi dari aktivitas outbound karena refleksi merupakan jembatan pengantar antara keberhasilan aktivitas outbound dengan kehidupan nyata sehari-hari. Refleksi berisikan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan. Evaluasi kegiatan dalam refleksi meliputi evaluasi kelompok dan perorangan.

  • Evaluasi dalam kelompok kecil

Suasana di kelompok kecil lebih “aman” (terlindung) daripada dalam kelompok besar. Hal itu emungkinkan para peserta membuka diri terhadap orang lain dengan membicarakan lebih mendalam pengalaman mereka pada waktu bermain. Kalau para peserta belum salingmengenal dengan baik, yang selalu dianjurkan adalah evalluasi dalam kelompok-kelompok kecil.

  • Evaluasi dalam kelompok besar

Fasilitator mengevaluasi kegiatan dan mengumpulkan kesan-kesan dan jawaban-jawaban para peserta. Dalm hal ini fasilitator tidak hanya membantu menjelaskan isi pertanyaan yang kurang jelas (kalau ada), tetapi ia juga memberikan kesimpulan.

  • Evaluasi perorangan

Kadang-kadang, ada baiknya juga kalau evaluasi dilakukan secara perorangan atau sendiri-sendiri sebagai informasi untuk fasilitator dalam melakukan kegiaan selanjutnya.

Untuk metode ini, fasilitator menggambarkan situasi seperti yang dirasakannya, lalu meminta masing-masing peserta secara bergantian untuk mengungkapkan perasaan atau pendapatnya. Ungkapan masing-masing peserta harus diterima, tidak boleh diberi komentar atau didiskusikan. Namun, kalau ada hal-hal yang kurang jelas pada satu ungkapan, peserta boleh diminta untuk menjelaskan maksudnya.

Dengan cara ini, semua kelompok dapat mengetahui perasaan, pendapat, dan kondisi masing-masing. Pengetahuan ini menjadi dasar untuk kerja sama selanjutnya atau memperkuat keputusan-keputusan yang diambil. Keputusan-keputusan yang diambil ini tidak terlepas dari tujuan outbound itu sendiri yaitu membangun kebersamaan sebagai sebuah regu kerja (team work), membangun kepercayaan (trust building), membangun kenerja dan sinergi, dan lain sebagainya. Semuanya bergantung pada tujuan akhir dari rencana aktivitas outbound itu sendiri karena refleksi merupakan jembatan untuk menuju ke dalam dunia nyata sehari-hari.

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa kegiatan outbound bertujuan meningkatkan dan mengembangkan kompetensi para peserta, baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik yang meliputi kompetensi sebagai berikut.

  • Self awareness, yaitu kemampuan menyadari emosi dan pikiran di dalam diri sendiri serta menyadari tindakan apa yang harus dilakukan atas emosi yang sedang disadarinya.
  • Self direction, yaitu kemampuan menggunakan pilihan-pilihan dalam menghadapi persoalan.
  • Self management, yaitu kemampuan mengelola atau mengorganisasi persoalan atau tugas secara mandiri.
  • Empathy, yaitu kemampuan menyadari emosi yang dirasakan oleh  orang lain.
  • Assertive, yaitu kemampuan mengkondisikan diri di anttara perilaku submisif (cenderung mengikuti) dan agresif.
  • Followership, yaitu kemampuan memosisikan diri untuk dipimpin oleh orang lain.
  • Creative thinking, yaitu kemampuan berpikir dengan cara memadukan pengalaman pikiran dan tindakannya dalam menghadapi persoalan.
  • Team work, yaitu kemampuan bekerja bersama dalam sebuah tim.
  • Problem solving, yaitu kemampuan memecahkan persoalan.
  • Openness, yaitu kemampuan membuka diri terhadap orang lain
  • Team spirit, yaitu kemampuan menghidupkan semangat secara kolektif.
  • Effective communication, yaitu kemampuan berinteraksi satu sama lain baik secara verbal maupun nonverbal.
  • Self motivation, yaitu kemampuan memacu motivasi di dalam diri.

Melalui kegiatan outbound, diharapkan peserta mampu menyikapi secara positif peluang dan tantangan dengan harapan, target, sasaran, dan tujuan kelompok dapat dicapai secara efesien, efektif, dan optimal.

Referensi

Said, M. 2010. 80+ Ice Breaking Games: Kumpulan Permainan Penggugah Semangat. Edisi ke-1. Yogyakarta : Andi.

Sanoesi, A. Esnoe. 2010. Land Base: 10 Jenis Permainan Kombinasi. Yogyakarta : Kanisius.

Zaman, Saeful. Dkk. 2010. Games Kreatif Pilihan untuk Meningkatkan Potensi Diri dan Kelompok. Cetakan ke-1. Jakarta : Gagas Media.

http://jads-web.blogspot.com/2011/02/tips-menjadi-fasilitator-idola-ice.html

http://www.synergy-outbound.com/